Resume I: Educational Psychology and Its Scope

Pada posting-an saya kali ini, saya akan mencoba me-review mengenai psikologi pendidikan dan ruang lingkupnya. Semoga dapat bermanfaat :)
    Bidang psikologi pendidikan pertama kali dikenal sebelum abad ke-20, ada empat perintis yang mendirikannya, yaitu sebagai berikut:
1.    William James
Rekomendasinya dalam bidang psikologi pendidikan adalah mengajar pada titik sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak.
2.    John Dewey
Ada tiga pandangan penting di dalam psikologi pendidikan, yaitu: a) anak sebagai pembelajar aktif, b) pendidikan berfokus pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan adaptasi anak dengan lingkungan, serta c) semua anak berhak mendapatkan pendidikan selayaknya.
3.    Edward Lee Thorndike
Gagasannya dalam bidang ini, yaitu bahwa bidang psikologi pendidikan harus mempunyai basis ilmiah dan fokus pada pengukuran.
4.    Burrhus Frederic Skinner
Di dalam bidang psikologi pendidikan, ia mencetuskan suatu pendekatan behavioral, yaitu operant conditioning. Operant conditioning menyatakan bahwa konsekuensi perilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan terjadi, di mana konsekuensi (reinforcement-punishment) bersifat sementara pada perilaku organisme.

Di dalam psikologi pendidikan, terdapat pembahasan mengenai cara mengajar yang efektif. Cara mengajar yang efektif tidaklah bersifat tunggal (dapat digunakan untuk semua hal) karena mengajar itu sendiri adalah suatu hal yang kompleks dan juga karena para peserta didik yang bervariasi. Berikut adalah dua hal utama yang dibutuhkan untuk dapat mengajar dengan cara yang efektif: a) pengetahuan dan keahlian profesional (yang meliputi penguasaan materi pelajaran, strategi pengajaran, penetapan tujuan dan keahlian perencanaan instruksional, keahlian manajemen kelas, keahlian motivasional, keahlian komunikasi, bekerja secara efektif dengan murid dari latar belakang kultural yang berlainan, serta keahlian teknologi), dan b) komitmen dan motivasi.
Di dalam psikologi pendidikan itu sendiri terdapat riset. Nah, pertanyaannya sekarang adalah “apakah riset itu penting?”. Untuk menjawab hal tersebut, terlebih dahulu kita harus mengetahui tujuan dari riset, yaitu untuk memahami strategi mengajar dari informasi yang di dapat. Dengan informasi yang valid dari riset ini kita dapat menjadi seorang pengajar yang lebih baik lagi ke depannya. Mungkin kebanyakan dari kita ada yang mengatakan bahwa tanpa riset pun kita dapat mengetahui bagaimana cara mengajar yang tepat yaitu dengan melakukan pengamatan dari pengalaman pribadi kita. Namun, kita sendiri pun tidak bisa menyangkal bahwa kita sendiri bahkan tidak mengetahui seberapa validkah hasil pengamatan kita karena kita tahu bahwa persepsi dari masing-masing individu dapat mempengaruhi hasil pengamatan tersebut. Berbeda individu, berbeda persepsi, berbeda pula kesimpulan akhir yang didapat. Bahkan seorang ahli atau pakar sekalipun dapat mengemukakan pemahan yang berbeda. Maka dari itu, para ahli akan mengadakan riset ilmiah yang pastinya menggunakan pendekatan ilmiah yang dimaksudkan—dalam hal ini di bidang psikologi pendidikan—untuk memilah antara fakta dan khayalan dengan menggunakan cara tertentu untuk mendapatkan informasi (Best & Kahn, 2003; Johnson & Christensen, 2009). Sedangkan, riset ilmiah adalah riset yang objektif, sistematis, dan dapat diuji. Riset ilmiah itu sendiri dilandaskan pada metode ilmiah yaitu, sebuah pendekatan yang dapat dipakai untuk menemukan informasi yang akurat dan terdiri dari beberapa langkah: a) merumuskan masalah, b) mengumpulkan data, c) menarik kesimpulan, dan d) merevisi kesimpulan dan terori riset.
Di dalam psikologi pendidikan terdapat tiga metode dasar yang dipakai untuk mengumpulkan informasi, yaitu:
1.  Riset deskriptif, yaitu bertujuan untuk mengamati dan mencatat perilaku yang dapat mengungkapkan informasi pentig tentang perilaku dan sikap seseorang. Riset deskriptif ini dibagi-bagi lagi menjadi beberapa metode, diantaranya adalah observasi, wawancara dan kuesioner, tes standar, studi kasus, serta studi etnografik.
2.  Riset korelasional, yaitu bertujuan untuk mendeskripksikan kekuatan hubungan antara dua atau lebih kejadian atau karakteristik.
3. Riset eksperimental, yaitu bertujuan untuk menentukan sebab-sebab perilaku dengan melakukan eksperimen.

Sumber:
Santrock, J. W. 2006. Educational Psychology. 2nd Ed. New York: McGraw-Hill Company.

1 komentar: